Lolos AFC Club Licensing Tapi Tak Bisa Gunakan Stadion Segiri

Untuk keenam kali atau lima tahun berturut-turut, Borneo FC mampu menegaskan posisinya sebagai klub profesional, lewat AFC Club Licensing. Tapi, sayangnya hal itu tak dibarengi dengan kelayakan Stadion Segiri sebagai homebase, karena masih ada item yang belum memenuhi standar.

Ya, Borneo FC kembali memperpanjang predikatnya sebagai klub profesional Indonesia. Setelah melalui beberapa proses penilaian kriteria yang ditentukan dan tertuang dalam surat yang diterbitkan PT LIB bernomor 004/CLC-LIB/V/2024.

Hebatnya lagi, pengukuhan Pesut Etam sebagai klub profesional ini diperoleh tanpa catatan. Artinya, semua kriteria yang disyaratkan mampu dipenuhi dengan baik. Sehingga dinyatakan layak mengantongi 3 lisensi sekaligus. Yakni, Lisensi AFC Championship League 2, Lisensi AFC Challenge League dan Lisensi Liga 1.

"Ini merupakan keenam kalinya sekaligus lima tahun berturut-turut sejak diselenggarakannya lisensi klub ini. Kita sempat lepas sekali, di 2019 lalu," terang Sekretaris Borneo FC Reza Katamsi.

Dijelaskan Reza, indikator penilaian ini meliputi 5 kriteria. Di antaranya ada supporting, infrastruktur, personal administratif serta legal dan finance.

Supporting sendiri berkaitan dengan akademi pembinaan semua kelompok usia yang dimiliki Borneo. Kemudian, infrastruktur terkait dengan stadion dan keberadaan lapangan latihan dan fasilitas klub.

"Secara personal administratif kita juga sudah lengkap, contohnya keberadaan pelatih kepala sesuai lisensinya. Dari sisi finance-nya, kami juga sudah ada audit tahunan," Reza memaparkan.

Namun, di tengah capaian membanggakan ini, ada sesuatu yang menjadi ironi. Pasalnya, untuk kelengkapan infrastruktur, ternyata Borneo FC masih mendaftarkan Stadion Batakan sebagai markas klub. Padahal diketahui selama ini homebase Pesut Etam adalah Stadion Segiri Samarinda, yang notabene baru saja selesai direnovasi.

"Kenapa Batakan? Karena di Segiri itu ternyata lampunya belum sesuai standar minimal yang diharuskan, yakni 1.500 lux. Jauh dari kondisi Segiri yang hanya 900 lux," terang Reza

Selain itu, Stadion Segiri juga belum dilengkapi dengan dokumen SLM (Standard Licensing Criteria). Di mana SLM ini menjadi kewenangan pemilik aset dalam proses pengurusannya. Sementara, posisi Borneo FC di Stadion Segiri adalah user atau pengguna aset yang dalam hal ini dimiliki Pemkot Samarinda.

Dikatakan Reza, sebenarnya dari pihak klub, Januari lalu sudah mengajukan kepada Pemkot untuk bisa melengkapi dua item yang belum memenuhi syarat tersebut. Hanya saja, diakuinya, sebagai user, Borneo tak lantas bisa mendesak agar hal-hal itu dipenuhi secepatnya, karena sepenuhnya berada di kewenangan pemilik aset.

Imbas dari belum terpenuhinya dua hal itu, Stadion Segiri tak bisa digunakan untuk menggelar pertandingan level Asia. Apalagi, sebelumnya Borneo FC sempat ditawari PSSI untuk menjadi pelaksana turnamen kelompo umur AFC. Hanya saja setelah dijelaskan kondisi Stadion Segiri, penawaran itu ditarik kembali.

"Ini kan sangat disayangkan, karena seharusnya Stadion Segiri sudah bisa menggelar pertandingan internasional jadi dibatalkan karena belum memenuhi kriteria yang diharuskan," tambahnya.

Selain dua item yang masih belum terpenuhi, sebagian besar Stadion Segiri sebenarnya sudah sesuai dengan standar FIFA. Baik dari sisi lapangan, ketersediaan fasilitas pendukung dan tribun yang telah menggunakan single seat.

Ditanya apabila dua kendala ini bisa diselesaikan apakah bisa menyusul untuk didaftarkan, Reza mengatakan kemungkinkan itu sangat terbuka. Nanti, klub akan mengajukan surat ke PSSI terkait alasan kenapa mendaftarkan Stadion Batakan untuk kepentingan lisensi, tapi justru menggunakan Segiri untuk kompetisinya.

"Ada potensi untuk menyusulkan, tinggal apakah nanti bisa dilengkapi atau tidak," tutup Reza mengakhiri.